PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Pembelajaran
di sekolah termasuk dalam teknik pembelajaran formal dengan mengandalkan guru
dan buku sebagai bahan pengajaran utama. Biasanya guru di sekolah hanya
memberikan pembelajaran akademik seperti matematika, IPA dan IPS. Hal itu
membuat para siswa cukup merasa bosan dan jenuh terhadap situasi yang ada.
Bahkan secara pembelajaran pengalaman dan potensi prestasi, pengetahuan
akademik sangatlah sedikit. Oleh karena itu potensi-potensi siswa yang besar
harus diimbangi dengan peminatan pembelajaran organisasi yang berbeda dan
membuat mereka dapat memperoleh pengalaman yang baik. Kegiatan yang termasuk
dalam pengembangan potensi dan pretasi itu adalah kegiatan ekstrakulikuler.
Kegiatan
ekstrakurikuler merupakan program kurikuler yang alokasi waktunya tidak
ditetapkan dalam kurikulum. Jelasnya bahwa kegiatan ekstrakurikuler
merupakan perangkat operasional (supplement dan complements)
kurikulum.
Keberadaan kegiatan
ekstrakurikuler diperlukan siswa sebagai media untuk mengembangkan potensi
diri, selain itu diharapkan mampu mengangkat dan mengharumkan nama sekolah
dengan prestasinya, khususnya prestasi non akademik. Kenyataan di
lapangan, menunjukkan bahwa kegiatan ekstrakurikuler mendapat proporsi
yang tidak seimbang, kurang mendapat perhatian, bahkan cenderung
disepelekan. Perhatian sekolah juga masih kurang serius. hal ini terlihat
dari kurangnya dukungan yang memadai baik dari segi dana, perencanaan, dan
pelaksanaan, serta perannya sebagai bagian dari evaluasi keberhasilan
siswa. Sekolah hanya mengutamakan pencapaian logical dan mathematical
intelegence. Padahal potensi anak beragam dan sangat memungkinkan
kecerdasan dibidang-dang lain seperti seni, olahraga, organisasi, keagamaan
serta bahasa dapat diasah melalui kegiatan ekstrakurikuler. Dengan
demikian pemahaman dan pengelolaan ektrakurikuler yang baik akan membentuk
siswa yang kreatif, inovatif, dan berprestasi.
1.2 Rumusan
Masalah
1.2.1
Setujukah siswa dengan adanya ekstrakulikuler wajib ?
1.2.2
Apa saja manfaat adanya Ekstrakulikulerterhadap pembentukan karakter?
1.3 Tujuan
1.3.1
Mengetahui setuju tidaknya siswa dengan adanya ekstrakulikuler wajib.
1.3.2
Mengetahui manfaat ekstrakulikuler terhadap pembentukan karakter.
1.4 Metode
Penelitian
Analisa
Sosial dan Kajian Pustaka
1.5 Batasan
Penelitian
Siswa
SMA Negeri 1 Kotagajah Kelas X IPA dan IPS
1.6 Hipotesis
Adanya
Hubungan antara ekstrakulikuler wajib dan pilihan dengan pembentukan karakter
serta prestasi siswa.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Landasan Teori
2.1.1 Pengertian Ekstrakurikuler
Kegiatan ekstrakurikuler
merupakan kegiatan pengayaan dan perbaikan yang berkaitan dengan program
kurikuler dan intrakurikuler. Kegiatan ini dapat dijadikan sebagai wadah bagi
siswa yang memiliki minat mengikuti kegiatan tersebut. Melalui bimbingan dan
pelatihan guru, kegiatan ekstrakurikuler dapat membentuk sikap positif terhadap
kegiatan yang diikuti oleh para siswa. Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2008 tentang Pembinaan Kesiswaan. kegiatan
ekstrakurikuler merupakan salah satu jalur pembinaan kesiswaan. Kegiatan
ekstrakurikuler yang diikuti dan dilaksanakan oleh siswa baik di sekolah maupun
di luar sekolah, bertujuan agar siswa dapat memperkaya dan memperluas diri.
Memperluas diri ini dapat dilakukan dengan memperluas wawasan pengetahuan dan
mendorong pembinaan sikap dan nilai-nilai.
Pengertian ekstrakurikuler
menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu suatu kegiatan yang berada di luar
program yang 10 tertulis didalam kurikulum seperti latihan kepemimpinan dan
pembinaan siswa. Kegiatan ekstrakurikuler ini dilaksanakan diluar jam pelajaran
wajib. Kegiatan ini memberikan keleluasaan kepada siswa untuk menentukan
kegiatan sesuai dengan bakat dan minat mereka. Berdasarkan penjelasan tentang
ekstrakurikuler tersebut, dapat disimpulkan bahwa ekstrakurikuler adalah
kegiatan diluar jam pelajaran yang dilakukan, baik di sekolah ataupun di luar
sekolah yang bertujuan untuk memperdalam dan memperkaya pengatahuan siswa,
mengenal hubungan antar berbagai pelajaran, serta menyalurkan bakat dan minat.
2.1.2 Ektrakulikuler Wajib
(Pramuka).
Pada
kurikulum 2013 terdapat isi tentang adanya ekstrakulikuler wajib, Menurut Permendikbud No.81A tahun 2013: Kegiatan
ekstrakurikuler merupakan salah satu perangkat
operasional (supplement dan
complements) kurikulum, yang perlu disusun
dan dituangkan dalam rencana kerja
tahunan/kalender pendidikan satuan pendidikan.
Jalinan
relevansi antara Kurikulum 2013 dengan Pendidikan Kepramukaan yang bertumpu
pada komitmen dedikasi pada siswa/peserta didik, hendaknya dikembangkan secara
demokratis dengan azas kepramukaan yaitu kesukarelaan. Sehubungan dengan hal
tersebut, maka diusulkan pola pengembangan sebagai berikut :
1. Ekstra
kurikuler wajib dalam hal ini bermakna wajib dilaksanakan di sekolah, semua
siswa diwajibkan menjadi
anggota pramuka atau mengikuti kegiatan pendidikan kepramukaan.
2.
Penyelenggaraan ekstra kurikuler ini, dilaksanakan secara kelembagaan Gerakan
Pramuka yaitu dengan membentuk Gugusdepan yang berpangkalan di Sekolah,
dengan standar Gugus Depan tidak lengkap (sesuai dengan potensi peserta didik)
di sekolah yang bersangkutan.
3. Langkah
awal hendaknya dilakukan adalah penyiapan sumber daya manusia Pembina Pramuka
dengan pola alternatif sebagai berikut :
a.
Melaksanakan Kursus Mahir Dasar bagi Guru, pada satu sekolah minimal tersedia 2
orang Pembina (seorang Pembina Putera dan seorang Pembina Puteri) sebagai
Penanggung jawab/Pimpinan Gugus depan.
b.
Menugaskan salah seorang Pembina Pramuka dari luar yang telah memiliki
kualifikasi minimal PEMBINA MAHIR sesuai jenjang dan satuan.
c. Pembantu
Pembina Gugusdepan diambil dari Penegak / Pandega yang telah mengikuti Kursus
mahir Dasar atau minimal telah mencapai TKU Penegak Laksana.
4.
Melaksanakan workshop-workshop Pembina Pramuka di tingkat Gugus Sekolah dalam
rangka pengembangan dan re-orientasi materi SKU dan SKK yang memiliki relevansi
dengan mata pelajaran, dan standar metode latihan.
5.
Melaksanakan sistem pembinaan secara rutin berkala terhadap keseluruhan
aktivitas Gugusdepan yang berpangkalan di sekolah, untuk mengapresiasi
aspek-aspek :
a. Sumber daya
manusia Guru yang berproses sebagai Pembina Pramuka dengan pengakuan
angka kreditnya.
b.
Peningkatan dan kemajuan latihan peserta didik dengan apresiasi standar nilai
ekstrakulikuler berdasarkan capaian SKU dan SKK.
c. Evaluasi
terhadap administrasi Gugusdepan sebagai apresiasi terhadap sistem manajemen
Gugusdepan.
d. Prestasi
Gugusdepan dengan melaksanakan kegiatan lomba-lomba antar Gugusdepan secara
berjenjang dari Gugus sampai Provinsi.
e. Melakukan
akreditasi terhadap gugusdepan yang berpangkalan disekolah/satuan pendidikan.
6.
Meningkatkan kemampuan Pembina Pramuka yang berpangkalan di Sekolah dengan
menyelenggarakan atau mengikuti Kursus Pembina Mahir atau Karang Pamitran yang
dilaksanakan oleh Kwartir bekerjasama dengan Kemdikbud di tingkat pusat dan
Dinas dikpora di daerah
2.1.2 Pengertian Karakter dan Pendidikan Karakter
Pengertian
karakter menurut Pusat Bahasa Depdiknas adalah “bawaan, hati, jiwa,
kepribadian, budi pekertai, perilaku, personalitas, sifat, tabiat, temperamen,
watak”. Adapun berkarakter adalah kepribadian, berperilaku, bersifat,
bertabiat, dan berwatak”. Menurut Tadkiroatun Musfiroh (UNY, 2008), karakter
mengacu kepada serangkaian sikap (attitudes), perilaku (behaviors),
motivasi (motivations), dan ketrampilan (skills).
Individu
yang berkarakter baik atau unggul adalah seseorang yang berusaha melakukan
hal-hal yang terbaik terhadap Tuhan YME, dirinya, sesama, lingkungan, bangsa
dan negara serta dunia internasional pada umumnya dengan mengoptimalkan potensi
dirinya dan disertai kesadaran emosi dan motivasinya (perasaannya). Berkenaan
dengan pengertian karakter, dalam tulisan di laman Mandikdasmen, Direktur
Jenderal Manajemen pendidikan Dasar dan Menengah, Prof. Suyanto, PhD
menjelaskan sebagai berikut:
karakter adalah “cara berfikir dan berperilaku
yang menjadi ciri khas setiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam
lingkup kehidupan keluarga, masyarakat, bangsa dan negara”.
Lebih lanjut
Prof. Suyanto, PhD menyebutkan sembilan pilar karakter yang berasal dari nilai-nilai
luhur universal manusia, yaitu :
- Cinta
Tuhan dan segenap ciptaan-Nya
- Kemandirian
dan tanggung jawab
- Kejujuran/amanah
- Hormat
dan santun
- Dermawan,
suka menolong, dan gotong royong
- Percaya
diri dan pekerja keras
- Kepemimpinan
dan keadilan
- Baik
dan rendah hati, dan ;
- Toleransi,
kedamaian, dan kesatuan
Jumlah dan
jenis pilar yang dipilih oleh setiap daerah atau sekolah tentu berbeda-beda,
tergntung kepentingan dan kondisinya masing-masing. Kemudian SD Westwood
menekankan pentingnya enam pilar karakter yang akan dikembangkan, yaitu :
- Truseorthiness (rasa percaya diri)
- Respect (rasa kepedulian)
- Responsibility (rasa tanggung jawab)
- Caring (rasa kepedulian)
- Citizenship (rasa kebangsaan)
- Fairness (rasa keadilan)
Kemudian
Howard Gardner dengan teori kecerdasan ganda menjelaskan, bahwa pengertian
karakter sebenarnya merupakan bagian dari kecerdasan ganda, yang meliputi tujuh
macam kecerdasan yang sering disingkat SLIM and BIL, yaitu :
- Spatial
(keruangan)
- Language
(bahasa)
- Intrapersonal
(Intrapersonal)
- Music
(musik)
- Naturalist
(sayang kehidupan alam)
- Bodily
Kenesthics (olah raga)
Menurut T.
Ramli (2003), pendidikan karakter memiliki esensi dan makna yang sama
dengan pendidikan moral dan pendidikan akhlak. Tujuannya adalah membentuk
pribadi anak, supaya menjadi manusia yang baik, warga masyarakat, warga negara
yang baik.
BAB
III
METODE
PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
3.1.1 Tempat : Kampus SMA Negeri
1 Kotagajah
3.1.2 Waktu : Selasa-Jumat, 22-25
April 2014
3.2 Metodologi Penelitian
Analisis Sosial dan Kajian
Pustaka
3.2.1
Analisis Sosial/ Pengamatan Sosial
Adalah
teknik pencarian data dengan melakukan pengamatan dan penyebaran angket data
untuk mendapatkan jawaban atau pendapat dari suatu masalah yang diangkat.
3.2.2
Kajian Pustaka
Adalah
Teknik pencarian data dengan membaca literatur atau buku yang dapat membantu
memecahkan / mendukung suatu persoalan.
BABA IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1
setuju tidaknya siswa dengan adanya ekstrakulikuler wajib.
No
|
Nama Kelas
|
Siswa setuju
|
Siswa tidak setuju
|
Jumlah siswa
|
1
|
X MIPA 1
|
17
|
10
|
27
|
2
|
X MIPA 2
|
25
|
4
|
29
|
3
|
X MIPA 3
|
16
|
12
|
28
|
4
|
X MIPA 4
|
14
|
14
|
28
|
5
|
X MIPA 5
|
11
|
16
|
27
|
6
|
X MIPA 6
|
10
|
18
|
28
|
7
|
X IIS 1
|
7
|
24
|
31
|
8
|
X IIS 2
|
6
|
26
|
32
|
9
|
X IIS 3
|
5
|
28
|
33
|
10
|
X IIS 4
|
11
|
20
|
31
|
|
Jumlah
|
122
|
172
|
294
|
4.2 Pengkajian dan Pembahasan.
4.2.1
Setuju tidaknya siswa dengan ektrakulikuler wajib
4.2.1.1
Pendapat siswa yang setuju
4.2.1.1.1
Kami setuju dengan adanya ekstrakulikuler wajib karena membuat kita dapat
belajar tentang pengendalian diri terhadap sesuatu yang kita inginkan (bersikap hemat)
Maksudnya, siswa lebih bisa
mempertimbangkan salah satu ekskul yang paling tepat untuk dirinya dan tidak
boros terhadap ekstrakulikuler.
4.2.1.1.2
Kami setuju dengan adanya ekstrakulikuler wajib seperti pramuka karena di
ekstrakulikuler ini kami dapat mengerti tentang pengetahuan-pengetahuan baik
permainan ataupun pengetahuan terapan
4.2.1.1.3 Kami setuju karena
ekstrakulikuler wajib yang termasuk dapat membantu peningkatan prestasi dan
pencarian bakat pada ekstrakulikuler tersebut.
4.2.1.1.4
Kami setuju karena pramuka dapat membangun kecerdasan dan sikap cinta
lingkungan yang baik untuk pengembangan karakter generasi muda
4.2.1.2
Pendapat siswa yang tidak setuju
4.2.1.2.1 Kami tidak setuju dengan ekstrakulikuler
wajib karena dapat membuat bakat kami pada ekstrakulikuler lain terhambat.
4.2.1.2.2 Kami tidak setuju
dengan ekstrakulikuler wajib karena dapat mengurangi jam latihan pada
ekstrakulikuler lain dan jam pulang kampung.
4.2.1.2.3 Kami tidak setuju
dengan adanya ekstrakulikuler wajib banyak siswa yang tidak menyukai
ekstrakulikuler wajib tersebut.
4.2.1.2.4 Kami tidak setuju
karena ekstrakulikuler wajib mendapatkan penilaian dirport sedangkan
ekstrakulikuler kami tidak.
4.2.1.2.5 Kami tidak setuju
karena adanya ekstrakulikuler wajib dapat mendiskriminasi kegiatan yang ada
pada ekstrakulikuler lain
Dari
hasil di atas dapat kita sampaikan bahwa banyaknya siswa di SMA Negeri 1
Kotagajah lebih menyukai tidak adanya ekskul wajib karena mereka menganggap
bahwa ekskul wajib hanya sebagai penghambat perkembangan bakat siswa karena
bakat-bakat yang lain dari siswa tidak dapat berkembang dengan diwajibkannya
salah satu ekskul dan satu ekskul pilihan.
Pembuktiannya
yang terlihat sekarang ini adalah bahwa dengan adanya ekskul wajib itu
prestasi-prestasi siwa pada ekskul lain menurun dan tidak mengalami
perkembangan. padahal banyak siswa yang tidak menyukai cabang ekskul yang
diwajibkan terebut.
Namun
sebenarnya kita tidak bisa langsung saja menyalahkan bahwa adanya ekskul wajib
itu .menjadi faktor penghambat prestasi. Memang yang terlihat sekarang demikian
tapi kita belum mengetahui yang terjadi kedepan. Harapan pemerintah dengan
adanya ekskul wajib ini yang menanamkan pola pikir pendidikan karakter dapat
membangun generasi muda yang lebih berkarakter kebangsaan dan dapat membuat
karakter siswa lebih baik bukan untuk mendiskriminasi ekstrakulikuler lain.
4.2.2
Manfaat Adanya Ekstrakulikuler
Banyak Sekali manfaat adanya
Ekstrakulikuler di SMA Negeri 1 Kotagajah di antaranya :
4.2.2.1 Berpartisipasi dalam kegiatan lain setelah
sekolah dapat membantu siswa menentukan prioritas dan membagi waktu antara
pekerjaan rumah, tugas sekolah, dan kegiatan lain di luar rumah.
4.2.2.2 Jika siswa menyukai kegiatan ekstrakurikuler
tertentu, misalnya basket, mereka pastinya menyadari bahwa memerlukan komitmen
dan kedisiplinan yang kuat untuk menguasainya. Disini mereka akan belajar untuk
menentukan tujuan dan lebih disiplin.
4.2.2.3 Sikap keingin-tahuan siswa terhadap hal-hal
baru akan mendorong mereka untuk lebih bereksplorasi, mencoba tantangan baru,
mendapat teman baru, dan membangun kepercayaan diri.
4.2.2.4 Diluar kelas biasanya siswa akan lebih mudah
mengekspresikan sisi emosionalnya. Hal ini akan memberikan kesenangan dari diri
siswa yang akan dapat menyeimbangkan otak kiri dan otak kanannya.
4.2.2.5 Berhubungan dengan orang-orang dalam satu klub
ekstrakurikuler akan membantu siswa mengasah keterampilan kepemimpinan,
inisiatif, dan perencanaan.
4.2.2.6 Jenny Edmonds di Murdoch University School of
Psychology mengatakan kegiatan ekstrakurikuler penting untuk sosialisasi.
“Siswa belajar untuk menguasasi keterampilan formal seperti berhubungan dengan
temannya, bermain baik secara individu maupun kerjasama tim. Ini tentunya akan
membantu siswa menghadapi kehidupan dan menyesuaikan dalam kehidupan orang
dewasa nantinya.
4.2.2.7 Ikut ambil bagian dalam komunitas dapat
meningkatkan harga diri siswa, kebahagiaan dan mengajarkan siswa akan
nilai-nilai yang ada dalam komunitas tersebut. Ini penting bagi kesiapan siswa
pada saat terjun dalam kehidupan bermasyarakat nanti.
Membentuk karakter-karakter yang baik dalam
pembangunan generasi muda seperti :
Mandiri : Ekstrakulikuler membuat siswa lebih bisa mengantur
dirinya untuk dapat belajar secara mandiri tanpa bergantung pada orang tua,
Contoh mengikuti Ektrakulikuler Pramuka, dll.
Kepemimpinan : Ekstrakulikuler
dapat menumbuhkan rasa kepemimpinan dalam berorganisasi dan mempersiapkan diri
dalam menghadapi masalah dan sikap memutuskan pendapat sebagai pemimpin. Contoh
menjadi Ketua OSIS.
Solidaritas dan Sportifitas :
Ekstrakulikuler dapat menumbuhkan rasa kebersamaan kerjasama serta kekompakan
dalam berteman serta dapat meningkatkan sifat tenggang rasa dan sportifitas,
Contoh Olahraga seperti Sepak bola.
Amanah : Ekstrakulikuler dapat
membuat kita lebih terbiasa untuk bisa menjalankan janji dan amanah baik
sebagai senior maupun junior. Contoh amanah sebagai seorang Ketua Pelaksana
suatu lomba
Tanggung Jawab : Ekstrakulikuler
meningkatkan tanggung jawab terhadap suatu perbauatan yang telah kita lakukan
baik sendiri ataupun bersama.
Keterampilan perencanaan :
Ekstrakulikuler juga membantu siswa lebih dapat membuat perencanaan terhadap
suatu kegiatan.
Disiplin Waktu : Ekstrakulikuler
membuat siswa bisa membuat management waktu dan keadaan yang baik untuk modal
pencarian pekerjaan.
Dengan penjelasan
dapat membuat siswa lebih bisa, membuat ekstrakulikuler sebagai beban melainkan
sebagai pembelajaran di luar akademik karena karakter-karakter bermasyarakat
dalam lingkup kecil dapat kita pelajari disini. Dengan adanya pembahasan diatas
peran ekstrakulikuler terhadap pembentukan karakter sangat penting dan membuat
siswa lebih terbiasa hidup di lingkungan masyarakat.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Ekstrakulikuler
merupakan tempat bagi siswa untuk menambah pengetahuan tentang keterempilan dan membuat siswa lebih bebas
mengunakan kemampuannya di luar sekolah selain bidang akademik. Keberadaan kegiatan
ekstrakurikuler diperlukan siswa sebagai media untuk mengembangkan potensi
diri, selain itu diharapkan mampu mengangkat dan mengharumkan nama sekolah
dengan prestasinya, khususnya prestasi non akademik. Ekstrakulikuler merupakan nilai tambah bagi
perkembangan sekolah dan dapat merubah kegiatan sekolah menjadi lebih aktif dan
bermanfaat tanpa mengurangi kegiatan pembelajaran.
Pendidikan
karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter pada warga sekolah
yang meliputi kompoanen pengetahuan, kesadaraan atau kemauan, dan tindakan
untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut. Lebih lanjut dijelaskan bahwa
pendidikan karakter adalah segala sesuatu yang dilakukan guru, yang mampu
mempengaruhi karakter peserta didik.
Karakter
siswa yang dapat dibentuk melalui ekatrakulikuler antara lain , Mandiri,kepemimpinan, disiplin waktu, inisiatif, tanggung jawab dan
lain-lain.
Hubungan
antara adanya ekstrakulikuler wajib dan pilihan dalam peningkatan prestasi dan
pembentukan karakter siswa sangat berpengaruh alasannya adalah ektrakulikuler
yang meruakan pilihan lebih dapat membuat siswa lebih senang dan pembuntukan
karakter baik akan lebih mudah sedangkan wajib namun paksaan membuat siswa
merasa tertekan dan tidak senang yang membuat pembentukan karakter lebih baik
sulit terjadi.
5.2 Saran
5.2.1 Perlu diadakannya penelitian
lebih lanjut agar data yang diperoleh lebih akurat.
5.2.2 Pengambilan data tidak hanya terpacu
oleh angket, tapi bisa melalui wawancara langsung.
5.2.3pengambilan
data tidak harus mayoritas dari media internet, tetapi sumber data dari
buku sangat perlu.
DAFTAR
PUSTAKA
Subdin
Dikmenum, 2004 Pengembangan Silabus dan Implementasi Pembelajaran Kurikulum
2004, Jakarta: Depdikbud BSE
Kamus besar
Bahasa Indonesia, 1988,Balai Pustaka, Edisi Ketiga