Cinta Kembang Kempis di Sepotong Tahu
Gugur
daun beranjak tumbuh membalap ujung-ujung ranting yang ternganga semilir angin,
sudut-sudut persawahan dan hektaran tanaman sayuran terhampar luas di negeri
ini. Negeri subur nan makmur begitulah bayangan dan pikiran Charles mengingat
sebentar lagi ia akan tinggal untuk beberapa waktu di tempat tinggal eyangnya.
Semua
barang-barang telah ia kemasi ke dalam koper, mama dan papanya pun telah
menunggu di mobil. Mobil melaju meninggalkan rumah kesayangannya itu, Lama-lama
makin menjauh kemudian menghilang saat di pertikungan jalan. Pasti Charles akan
sangat merindukan kamar tidurnya di rumah, rindu akan semua barang-barang di
kamarnya. Mulai dari poster, jersey, dan bola dari tim sepakbola kesayangannya,
Machester United. Mama dan papa hanya meliriknya dan melemparkan senyuman
bangga terhadap anak semata wayangnya tersebut. Charles membalas dengan seuntai
senyuman termanisnya.
Alarm
jam tangan Charles berdering menunjukkan jam satu siang. Mobilnya kini memasuki
sebuah pemukiman yang sejuk dan rimbun karena di sekeliling jalan terdapat
pohon-pohon yang tumbuh teratur seraya menyambut kedatangannya ke desa ini.
mobil kemudian memasuki halaman rumah eyangnya. mama dan papa mengajaknya
segera bergegas turun dari mobil untuk segera masuk ke rumah eyangnya. Charles
menikmati di sekeliling pemandangan yang memang sedang menghijau. Biasanya jika
di rumah, hanya mobil-mobil besar dan kendaraan lain yang melewati jalan depan
rumahnya. tapi ini tidak, masyarakat di tempat eyangnya tinggal masih
menggunakan transportasi berupa sepeda gayuh, walaupun ada yang menggunakan
sepeda motor, itu hanya beberapa dan dapat dihitung jumlahnya.
Butir
air hujan berusaha masuk melalui celah-celah jendela kamar yang Charles tempati
saat ini. suasana di luar amat dingin, langit masih memperlihatkan suasana
suramnya dan berusaha mengalahkan sinar mentari yang akan muncul pada pagi hari
ini. Charles kemudian membuka matanya, jamnya sudah menunjukkan pukul setengah
tujuh. Di teras depan, mama, papa, dan eyangnya sudah menunggu. bergegaslah
Segera Charles, kemudian mengikuti dari belakang langkah orang tua dan
eyangnya.
“Mau
kemana kita?”charles bertanya dengan nada kepo
Orang
tua dan eyangnya membalik badan sembari tersenyum kemudian kembali melanjutkan
langkahnya. Charles di buat bingung olehnya, pertanyaannya pun tidak kunjung
dijawab, lalu berlalulah charles bergerak mendekati mamanya.
Sudah
sekitar seratus meter Charles melangkah hingga Ia tiba di depan gerbang yang
bertuliskan “Kedelaiku Kehidupanku” ya, itu adalah semboyan yang memang sengaja
dipajang sebelum memasuki wilayah pabrik milik eyang Charles. Suasana di pabrik
ini sangat ribut, banyak pegawai yang sedang mengolah berkwintal-kwintal
kedelai diiringi sontrekan bising mesin-mesin penggiling yang menggema di
gendang telinga. Tangan-tangan cekatan dan teliti seraya penuh dengan ketulusan
itu menarik perhatian Charles, tangan-tangan itu sungguh membelai dengan kasih
sayang, jemari yang lunglai itu, keriput yang mulai menggerogoti di kelanjutan
usia, sungguh memanglingkan dan memberikan kesan empati bagi siapa saja orang
yang menyaksikannya. Tapi menurut mereka,dari kegiatan inilah mereka bisa
menghidupi anak-anak dan cucu-cucunya, sungguh perjuangan untuk membelai
kerasnya kehidupan. Sampai akhirnya Charles sadar bahwa ia sudah lama terlarut
menyaksikan ibu-ibu pekerja itu, ketika ia di lempari senyuman ramah dari
karyawan eyangnya, Charles menundukkan kepala seraya memberi kesan ramah
kembali.
Ufuk
barat melukiskan nyawa terindahnya ketika sang surya menenggelamkan dirinya di
bawah gumpalan awan-awan kumulus yang tebal, bergerak seakan-akan meninggalkan
seberkas sinar yang timbul di langit, menembus awan stratus yang selembut
bagaikan kain sutera.selang waktu berlalu kemudian hilang tenggelam tanpa
meninggalkan jejak sedikitpun dan akhirnya sang satelit alam yang akan muncul
pada kegelapan saat ini. Malam yang elok bagaikan khayangan surga, seakan
membelai manis wajah oval Charles. Pundi-pundi nafasnya melepas karbondioksida
ke udara bebas, di bawah cahaya terang sang satelit dan ribuan bunga langit
yang terus menemani malamnya di bangku tua di teras rumah eyangnya. Charles
merasakan sesuatu, seseorang telah menepuk pundaknya dari belakang, ternyata
itu adalah eyangnya. Eyang kemudian duduk tersandar persis di samping Charles.
“belum
ngantuk?” eyang kemudian memulai perbincangan dengan cucu kesayangannya itu.
“belum eyang. Malam seindah ini sangat sayang kalau dilewatin gitu aja”
eyangnya kemudian mengangguk paham atas pernyataan cucunya itu.
“besok
siang, ikut eyang lagi ya ke bagian pemasaran.”eyang mengajaknya dengan penuh
sukacita. Charles mengangguk senang sembari tersenyum melihatkan lesung
pipitnya yang cute dan membuatnya
tambah berwibawa.
“Tolong
ini diantarkan ke pasar jatiluhur, yang ini ke rumah makan sedap malam.... dan
ini......” beginilah suasana bagian pemasaran dari pabrik eyangnya Charles,
selain memproduksi juga sebagai distributor. Mata Charles kini lebih terpusat
ke halaman belakang dari tempat ini. Sepertinya ada magnet yang berusaha
menariknya untuk cepat-cepat melangkahkan kakinya segera mendekati tempat itu.
Alangkah terpesonanya Charles ketika melihat ke halaman belakang. Tak jauh dari
sana terdapat sebuah danau berair biru jernih yang disekitarnya tumbuh berbagai
jenis tanaman hias maupun pepohonan. dan
yang paling menakjubkan adalah ada sebuah perahu dayung di tepi danau.
Benar-benar tempat yang menakjubkan, suasana di sini sangat natural segala yang
ada sungguh mempesona.
Charles
bergerak mendekati perahu dayung di tepian danau tersebut. Langkah ketiganya
terhalang oleh sebuah isak tangis, mungkin begitu terngiang masuk melalui
lubang telinga Charles.suara itu kian menderu, isak tangis itu semakin
memilukan hatinya. Tentu saja rasa penasaran Charles refleks mencari arah datangnya
asal suara itu. Di bangku panjang tua di pinggir danau itu, seseorang yang
memiliki rambut panjang terurai dengan postur tubuh ideal tengah meneteskan air
mata. Charles menepuk pundaknya dari belakang.
“hey,
mengapa bersedih?” tanya Charles dengan nada keheranan.
cewek
itu membalikkan badannya dan menatap Charles sejenak kemudian kembali dalam
posisi sebelumnya. Charles tambah dibuat bingung oleh cewek itu
“
aku.... aku sedang dalam masalah”.imbuh cewek
itu kepada Charles.
“aku
tau itu, namaku Charles.. masalah apa yang sedang kamu alami? cerita aja
mungkin saya bisa bantu kamu.”
“kamu
gak mungkin bisa membantuku!”
tiba-tiba
cewek itu beranjak dari tempat duduknya dan berlari meninggalkan Charles tanpa
sepatah katapun. Pikiran Charles bertanya-tanya ada apa sama cewek ini? Charles
akhirnya memutuskan untuk kembali ke dalam pabrik untuk berkumpul dengan
eyangnya. Tapi entah angin apa yang datang membelainya. Charles bertemu kembali
dengan cewek yang bertemu dengannya di danau. Spontan tangan Charles menggenggam
tangan cewek itu. “kamu yang tadi ketemu didanau kan?”tanya Charles “ bukan,
maaf kayaknya kamu salah orang, permisi.” Kemudian cewek itu berlalu dari
hadapan Charles begitu saja.
Charles
terpaku mati kutu. Kalau bukan cewek yang tadi bertemu dengannya di danau,
terus itu siapa? Wajahnya mirip tak ada yang berbeda. Tapi kenapa dia sudah
tidak ingat. Apa mungkin dia lupa? Atau Cewek itu hanya sekedar acting untuk mengelabuhinya? Charles
sungguh tak habis fikir.
Keesokan
harinya, Charles kembali pergi ke pabrik bersama eyangnya. Charles masih
penasaran benar dengan cewek itu.saat di tempat pembuatan tahu dilihatnya cewek
itu, tapi kali ini berbeda, wajahnya murung dan bersedih persis mirip kali
pertama Charles bertemu. Tiba-tiba saja cewek itu beranjak meninggalkan
pekerjaannya dan keluar menuju danau di halaman belakang pabrik. Cewek itu
tengah duduk dengan air mata yang mengalir.
“kenapa
menangis lagi?” suara Charles mengagetkannya dan segera cewek itu mengusap
peluh lelah dan air matanya. Entah angin apa yang bisa meluluhkan cewek itu,
kali ini dia lunak dan mau menanggapi Charles.
“ orang sepertiku harusnya tak layak untuk
hidup” cewek itu menatap Charles tajam-tajam.
“ mungkin aku tidak tau apa sedang kamu alami
sekarang, tapi aku harap kamu tidak akan menyia-nyiakan hidupmu saat ini.
Karena sebuah kehidupan itu adalah anugrah.” Imbuh Charles
“tiada
satu orang pun yang memperdulikanku, tapi kenapa kamu malah datang kesini
menjumpaiku?” kemudian Charles berbalik menatap cewek itu.
“ya, aku kesini karena aku merasa simpati sama
kamu. Aku respect sama kamu di awal kita bertemu.” Imbuh laki-laki berlesung
pipit itu.
“baiklah.
Aku mey, Meylisa Susanti” cewek itu kemudian menjabat tangan Charles.
Nama
cewek itu adalah mey, cewek yang usianya sekitar 17 tahun ini memang sebaya
dengan Charles. Mey sekarang sudah enak di ajak bicara dan tidak cuek lagi
terhadap Charles. Di pabrik ini Mey memang sengaja membantu ibunya untuk
mencetak tahu, karena baginya waktu libur sekolah adalah waktu yang penting untuk
membantu ibunya.
Sembari
tadi Mey enggan menceritakan masalahnya. Sebenarnya Charles sangat kepo, tapi
apa daya Charles tak mungkin memaksa Mey untuk bercerita.
Ini
adalah kali pertama Charles merasakan hal yang berbeda saat bertemu Mey. Ada
perasaan yang amat spesial timbul di benak Charles. Dia tidak tau ini perasaan
macam apa, tetapi yang pasti setiap kali Charles menatap mata Mey, detakan
jantungnya mengembang dan mengempis lebih cepat dari keadaan normal. Sebenarnya
Charles masih penasaran sewaktu bertemu lagi dengan Mey saat di pabrik dan Mey
saat itu tak mengenalinya. Tapi Charles enggan untuk menanyakannya kembali.
Sore
ini, Charles dan Mey berencana akan tempat pengepakan tahu. Saat kaki Charles
beranjak meninggalkan pekarangan rumah eyangnya, Charles bertemu dengan sosok
yang mirip sekali dengan Mey. Tapi ini sungguh aneh, Mey yang ini, sama sekali
tak mengenali Charles. Bahkan ketika Charles memanggil namanya. Mey yang ini,
sama sekali tak menggubrisnya. Dan ketika Charles menanyakan tentang janjian
mereka untuk pergi sore ini, Mey membalas dengan pernyataan bahwa Charles salah
orang. Kemudian Mey berlalu meninggalkannya. Charles akhirnya kembali membalik
langkahnya memasuki pekarangan dan duduk termenung di kursi kecil di teras
rumah eyangnya.
Bak
serasa di hipnotis perasaan Charles saat ini. Kenapa Mey tiba-tiba bersikap 180
derajat berbalik terhadap dirinya? Sedangkan baru kemarin dirinya dan Mey sudah
sangat akrab. Kegundahannya tiba-tiba terhenti oleh dering handphone
genggamnya. Ada sebuah pesan masuk.
“maaf
ya, kita gak bisa ke tempat pengepakan tahu sore ini. Adikku tiba-tiba masuk
rumah sakit. Maaf banget ya”
kalimat
ini membuat Charles tersentak seketika. Dahinya mengkerut, otot lehernya timbul
dibalik kulit hitam manisnya. Hatinya bertanya-tanya, sungguh membuatnya ingin
memecahkan misteri dari Mey yang berhasil membuatnya bingung. Tapi sudahlah,
mungkin tadi itu Mey lagi buru-buru sehingga Mey bersikap seperti itu terhadap
dirinya.
Suasana
pagi kembali menyambut pedesaan kecil yang hijau, Charles merasakan panas di
sekujur tubuhnya. Kepalanya pusing bukan main. Mama dan papanya segera
mengusungnya ke rumah sakit kecamatan dari pedesaan ini. Baru saja Charles
tiba, sebuah jeritan tangis dari arah rumah sakit terdengar sangat mencekam. Suara
itu sangat di kenali Charles. Dengan tubuh yang lemas Charles mulai berjalan ke
ruang perawatan. Dalam benaknya, tadi adalah jeritan Mey, ia wanita yang telah
membuat Charles jatuh hati saat ini. Dan Charles pun baru ingat bahwa posisi
Mey saat ini memang di rumah sakit. Jangan-jangan Mey. Apakah dia sakit? Tapi
kemarin sehat, atau saudaranya yang sakit? Tetapi kenapa sampai menjerit
sekeras itu?otak Charles tercampur aduk. Sampai keesokan harinya Charles
kembali ke pabrik kakeknya untuk menemui Mey. Tapi tak di temukannya wajah Mey,
bahkan ada seorang karyawan yang bilang kepada Charles bahwa adik Mey telah
meninggal. Charles terkejut mendengar pernyataan karyawan itu. Kemudian Charles
pergi mengunjungi danau, disana Charles memandangi jernihnya air danau itu.
Tetapi pikirannya entah pergi kemana-mana. Seseorang menepuk pundaknya dari
belakang, ternyata itu Mey. Mey mendekati Charles dan duduk di sampingnya.
“Mey,
aku turut berduka cita” Mey mengangguk tapi matanya masih lebam seperti orang
menangis semalaman.
“adikku.....” dan Mey pun akhirnya meneteskan bulir-bulir
air matanya, kesedihannya sudah berlarut.
“ kenapa tuhan harus mengambil nyawa adikku?
Kenapa bukan aku saja?”
“Tuhan mengambil adikmu karena tuhan sayang
dia Mey, kamu harus mengiklaskan semuanya.”
“tapi
aku tida rela, aku sungguh tak rela jika adikku harus pergi mendahuluiku.”
Charles
meraih Mey dan memeluknya erat-erat, tapi sayang Mey kemudian menghindar dan
menjauh dari Charles.
“Mey,
kamu adalah orang spesial dalam hidupku” Mey tak menggubris dan jeritan
tangisnya semakin menjadi-jadi. Ketika Charles berusaha meraihnya kembali dan
menggenggam tangan Mey, Mey melepasnya dan kemudian berlari menjauh
meninggalkan Charles seorang diri di sana.
Setelah
kematian adik Mey, keluarga Mey memutuskan untuk pidah ke Serang tempat
kakeknya tinggal.hari ini adalah kepindahan Mey, tetapi Mey sama sekali tidak
memberi tahu kepada Charles. Mey pindah mendadak tanpa di ketahui oleh penduduk
desa.
Mendengar
penuturan dari eyangnya, Charles berlari menuju rumah Mey, tapi tak seorangpun
yang dia temukan disana. Charles panik sepanik-paniknya, tapi apa dayalah.
Cewek yang dicintainya telah pergi tanpa kabar sedikitpun. Buru-buru Charles
merogoh kantongnya dan menelepon Mey, tapi sudah terlambat. Nomer handphone Mey
sudah tidak aktif lagi.
Menurut
penuturan eyangnya, keluarga Mey pindah karena adik Mey yang merupakan saudara
kembarnya sudah meninggal dunia sehingga Mey tidak terima dengan kenyataan dan
mengalami gangguan jiwa. Charles baru sadar bahwa cewek yang wajahnya mirip
dengan Mey, yang pernah bertemu dengannya dan
tak mengenalinya adalah saudara kembar dari Mey sendiri.kesedihan Mey
yang menghantuinya telah menjadi kenyataan pahit. Saudara kembarnya telah naas
digerogoti tumor ganas.
Charles
melampaui danau dengan perahu dayung, tapi naas. Perahunya bocor di tengah
danau dan menenggelamkannya seorang diri disana.
Charles
membuka matanya perlahan-lahan, diruangan yang penuh dengan aroma obat-obatan
dan infus yang tergantung diatas ranjangnya. Terlihat mama dan papanya
tersenyum manis melihatnya telah siuman.