Kamis, 27 Maret 2014

Filled Under:

CERPEN



Cinta Kembang Kempis di Sepotong  Tahu

Gugur daun beranjak tumbuh membalap ujung-ujung ranting yang ternganga semilir angin, sudut-sudut persawahan dan hektaran tanaman sayuran terhampar luas di negeri ini. Negeri subur nan makmur begitulah bayangan dan pikiran Charles mengingat sebentar lagi ia akan tinggal untuk beberapa waktu di tempat tinggal eyangnya.

Semua barang-barang telah ia kemasi ke dalam koper, mama dan papanya pun telah menunggu di mobil. Mobil melaju meninggalkan rumah kesayangannya itu, Lama-lama makin menjauh kemudian menghilang saat di pertikungan jalan. Pasti Charles akan sangat merindukan kamar tidurnya di rumah, rindu akan semua barang-barang di kamarnya. Mulai dari poster, jersey, dan bola dari tim sepakbola kesayangannya, Machester United. Mama dan papa hanya meliriknya dan melemparkan senyuman bangga terhadap anak semata wayangnya tersebut. Charles membalas dengan seuntai senyuman termanisnya.
Alarm jam tangan Charles berdering menunjukkan jam satu siang. Mobilnya kini memasuki sebuah pemukiman yang sejuk dan rimbun karena di sekeliling jalan terdapat pohon-pohon yang tumbuh teratur seraya menyambut kedatangannya ke desa ini. mobil kemudian memasuki halaman rumah eyangnya. mama dan papa mengajaknya segera bergegas turun dari mobil untuk segera masuk ke rumah eyangnya. Charles menikmati di sekeliling pemandangan yang memang sedang menghijau. Biasanya jika di rumah, hanya mobil-mobil besar dan kendaraan lain yang melewati jalan depan rumahnya. tapi ini tidak, masyarakat di tempat eyangnya tinggal masih menggunakan transportasi berupa sepeda gayuh, walaupun ada yang menggunakan sepeda motor, itu hanya beberapa dan dapat dihitung jumlahnya.

Butir air hujan berusaha masuk melalui celah-celah jendela kamar yang Charles tempati saat ini. suasana di luar amat dingin, langit masih memperlihatkan suasana suramnya dan berusaha mengalahkan sinar mentari yang akan muncul pada pagi hari ini. Charles kemudian membuka matanya, jamnya sudah menunjukkan pukul setengah tujuh. Di teras depan, mama, papa, dan eyangnya sudah menunggu. bergegaslah Segera Charles, kemudian mengikuti dari belakang langkah orang tua dan eyangnya.
“Mau kemana kita?”charles bertanya dengan nada kepo
Orang tua dan eyangnya membalik badan sembari tersenyum kemudian kembali melanjutkan langkahnya. Charles di buat bingung olehnya, pertanyaannya pun tidak kunjung dijawab, lalu berlalulah charles bergerak mendekati mamanya.

Sudah sekitar seratus meter Charles melangkah hingga Ia tiba di depan gerbang yang bertuliskan “Kedelaiku Kehidupanku” ya, itu adalah semboyan yang memang sengaja dipajang sebelum memasuki wilayah pabrik milik eyang Charles. Suasana di pabrik ini sangat ribut, banyak pegawai yang sedang mengolah berkwintal-kwintal kedelai diiringi sontrekan bising mesin-mesin penggiling yang menggema di gendang telinga. Tangan-tangan cekatan dan teliti seraya penuh dengan ketulusan itu menarik perhatian Charles, tangan-tangan itu sungguh membelai dengan kasih sayang, jemari yang lunglai itu, keriput yang mulai menggerogoti di kelanjutan usia, sungguh memanglingkan dan memberikan kesan empati bagi siapa saja orang yang menyaksikannya. Tapi menurut mereka,dari kegiatan inilah mereka bisa menghidupi anak-anak dan cucu-cucunya, sungguh perjuangan untuk membelai kerasnya kehidupan. Sampai akhirnya Charles sadar bahwa ia sudah lama terlarut menyaksikan ibu-ibu pekerja itu, ketika ia di lempari senyuman ramah dari karyawan eyangnya, Charles menundukkan kepala seraya memberi kesan ramah kembali.

Ufuk barat melukiskan nyawa terindahnya ketika sang surya menenggelamkan dirinya di bawah gumpalan awan-awan kumulus yang tebal, bergerak seakan-akan meninggalkan seberkas sinar yang timbul di langit, menembus awan stratus yang selembut bagaikan kain sutera.selang waktu berlalu kemudian hilang tenggelam tanpa meninggalkan jejak sedikitpun dan akhirnya sang satelit alam yang akan muncul pada kegelapan saat ini. Malam yang elok bagaikan khayangan surga, seakan membelai manis wajah oval Charles. Pundi-pundi nafasnya melepas karbondioksida ke udara bebas, di bawah cahaya terang sang satelit dan ribuan bunga langit yang terus menemani malamnya di bangku tua di teras rumah eyangnya. Charles merasakan sesuatu, seseorang telah menepuk pundaknya dari belakang, ternyata itu adalah eyangnya. Eyang kemudian duduk tersandar persis di samping Charles.
“belum ngantuk?” eyang kemudian memulai perbincangan dengan cucu kesayangannya itu. “belum eyang. Malam seindah ini sangat sayang kalau dilewatin gitu aja” eyangnya kemudian mengangguk paham atas pernyataan cucunya itu.
“besok siang, ikut eyang lagi ya ke bagian pemasaran.”eyang mengajaknya dengan penuh sukacita. Charles mengangguk senang sembari tersenyum melihatkan lesung pipitnya yang cute dan membuatnya tambah berwibawa.

“Tolong ini diantarkan ke pasar jatiluhur, yang ini ke rumah makan sedap malam.... dan ini......” beginilah suasana bagian pemasaran dari pabrik eyangnya Charles, selain memproduksi juga sebagai distributor. Mata Charles kini lebih terpusat ke halaman belakang dari tempat ini. Sepertinya ada magnet yang berusaha menariknya untuk cepat-cepat melangkahkan kakinya segera mendekati tempat itu. Alangkah terpesonanya Charles ketika melihat ke halaman belakang. Tak jauh dari sana terdapat sebuah danau berair biru jernih yang disekitarnya tumbuh berbagai jenis tanaman hias maupun pepohonan.  dan yang paling menakjubkan adalah ada sebuah perahu dayung di tepi danau. Benar-benar tempat yang menakjubkan, suasana di sini sangat natural segala yang ada sungguh mempesona.

Charles bergerak mendekati perahu dayung di tepian danau tersebut. Langkah ketiganya terhalang oleh sebuah isak tangis, mungkin begitu terngiang masuk melalui lubang telinga Charles.suara itu kian menderu, isak tangis itu semakin memilukan hatinya. Tentu saja rasa penasaran Charles refleks mencari arah datangnya asal suara itu. Di bangku panjang tua di pinggir danau itu, seseorang yang memiliki rambut panjang terurai dengan postur tubuh ideal tengah meneteskan air mata. Charles menepuk pundaknya dari belakang.
“hey, mengapa bersedih?” tanya Charles dengan nada keheranan.
cewek itu membalikkan badannya dan menatap Charles sejenak kemudian kembali dalam posisi sebelumnya. Charles tambah dibuat bingung oleh cewek itu
“ aku.... aku sedang dalam masalah”.imbuh cewek  itu kepada Charles.
“aku tau itu, namaku Charles.. masalah apa yang sedang kamu alami? cerita aja mungkin saya bisa bantu kamu.”
“kamu gak mungkin bisa membantuku!”
tiba-tiba cewek itu beranjak dari tempat duduknya dan berlari meninggalkan Charles tanpa sepatah katapun. Pikiran Charles bertanya-tanya ada apa sama cewek ini? Charles akhirnya memutuskan untuk kembali ke dalam pabrik untuk berkumpul dengan eyangnya. Tapi entah angin apa yang datang membelainya. Charles bertemu kembali dengan cewek yang bertemu dengannya di danau. Spontan tangan Charles menggenggam tangan cewek itu. “kamu yang tadi ketemu didanau kan?”tanya Charles “ bukan, maaf kayaknya kamu salah orang, permisi.” Kemudian cewek itu berlalu dari hadapan Charles begitu saja.

Charles terpaku mati kutu. Kalau bukan cewek yang tadi bertemu dengannya di danau, terus itu siapa? Wajahnya mirip tak ada yang berbeda. Tapi kenapa dia sudah tidak ingat. Apa mungkin dia lupa? Atau Cewek itu hanya sekedar acting untuk mengelabuhinya? Charles sungguh tak habis fikir.

Keesokan harinya, Charles kembali pergi ke pabrik bersama eyangnya. Charles masih penasaran benar dengan cewek itu.saat di tempat pembuatan tahu dilihatnya cewek itu, tapi kali ini berbeda, wajahnya murung dan bersedih persis mirip kali pertama Charles bertemu. Tiba-tiba saja cewek itu beranjak meninggalkan pekerjaannya dan keluar menuju danau di halaman belakang pabrik. Cewek itu tengah duduk dengan air mata yang mengalir.
“kenapa menangis lagi?” suara Charles mengagetkannya dan segera cewek itu mengusap peluh lelah dan air matanya. Entah angin apa yang bisa meluluhkan cewek itu, kali ini dia lunak dan mau menanggapi Charles.
 “ orang sepertiku harusnya tak layak untuk hidup” cewek itu menatap Charles tajam-tajam.
 “ mungkin aku tidak tau apa sedang kamu alami sekarang, tapi aku harap kamu tidak akan menyia-nyiakan hidupmu saat ini. Karena sebuah kehidupan itu adalah anugrah.” Imbuh Charles
“tiada satu orang pun yang memperdulikanku, tapi kenapa kamu malah datang kesini menjumpaiku?” kemudian Charles berbalik menatap cewek itu.
 “ya, aku kesini karena aku merasa simpati sama kamu. Aku respect sama kamu di awal kita bertemu.” Imbuh laki-laki berlesung pipit itu.
“baiklah. Aku mey, Meylisa Susanti” cewek itu kemudian menjabat tangan Charles.
Nama cewek itu adalah mey, cewek yang usianya sekitar 17 tahun ini memang sebaya dengan Charles. Mey sekarang sudah enak di ajak bicara dan tidak cuek lagi terhadap Charles. Di pabrik ini Mey memang sengaja membantu ibunya untuk mencetak tahu, karena baginya waktu libur sekolah adalah waktu yang penting untuk membantu ibunya.

Sembari tadi Mey enggan menceritakan masalahnya. Sebenarnya Charles sangat kepo, tapi apa daya Charles tak mungkin memaksa Mey untuk bercerita.
Ini adalah kali pertama Charles merasakan hal yang berbeda saat bertemu Mey. Ada perasaan yang amat spesial timbul di benak Charles. Dia tidak tau ini perasaan macam apa, tetapi yang pasti setiap kali Charles menatap mata Mey, detakan jantungnya mengembang dan mengempis lebih cepat dari keadaan normal. Sebenarnya Charles masih penasaran sewaktu bertemu lagi dengan Mey saat di pabrik dan Mey saat itu tak mengenalinya. Tapi Charles enggan untuk menanyakannya kembali. 

Sore ini, Charles dan Mey berencana akan tempat pengepakan tahu. Saat kaki Charles beranjak meninggalkan pekarangan rumah eyangnya, Charles bertemu dengan sosok yang mirip sekali dengan Mey. Tapi ini sungguh aneh, Mey yang ini, sama sekali tak mengenali Charles. Bahkan ketika Charles memanggil namanya. Mey yang ini, sama sekali tak menggubrisnya. Dan ketika Charles menanyakan tentang janjian mereka untuk pergi sore ini, Mey membalas dengan pernyataan bahwa Charles salah orang. Kemudian Mey berlalu meninggalkannya. Charles akhirnya kembali membalik langkahnya memasuki pekarangan dan duduk termenung di kursi kecil di teras rumah eyangnya. 

Bak serasa di hipnotis perasaan Charles saat ini. Kenapa Mey tiba-tiba bersikap 180 derajat berbalik terhadap dirinya? Sedangkan baru kemarin dirinya dan Mey sudah sangat akrab. Kegundahannya tiba-tiba terhenti oleh dering handphone genggamnya. Ada sebuah pesan masuk.
“maaf ya, kita gak bisa ke tempat pengepakan tahu sore ini. Adikku tiba-tiba masuk rumah sakit. Maaf banget ya”
kalimat ini membuat Charles tersentak seketika. Dahinya mengkerut, otot lehernya timbul dibalik kulit hitam manisnya. Hatinya bertanya-tanya, sungguh membuatnya ingin memecahkan misteri dari Mey yang berhasil membuatnya bingung. Tapi sudahlah, mungkin tadi itu Mey lagi buru-buru sehingga Mey bersikap seperti itu terhadap dirinya.

Suasana pagi kembali menyambut pedesaan kecil yang hijau, Charles merasakan panas di sekujur tubuhnya. Kepalanya pusing bukan main. Mama dan papanya segera mengusungnya ke rumah sakit kecamatan dari pedesaan ini. Baru saja Charles tiba, sebuah jeritan tangis dari arah rumah sakit terdengar sangat mencekam. Suara itu sangat di kenali Charles. Dengan tubuh yang lemas Charles mulai berjalan ke ruang perawatan. Dalam benaknya, tadi adalah jeritan Mey, ia wanita yang telah membuat Charles jatuh hati saat ini. Dan Charles pun baru ingat bahwa posisi Mey saat ini memang di rumah sakit. Jangan-jangan Mey. Apakah dia sakit? Tapi kemarin sehat, atau saudaranya yang sakit? Tetapi kenapa sampai menjerit sekeras itu?otak Charles tercampur aduk. Sampai keesokan harinya Charles kembali ke pabrik kakeknya untuk menemui Mey. Tapi tak di temukannya wajah Mey, bahkan ada seorang karyawan yang bilang kepada Charles bahwa adik Mey telah meninggal. Charles terkejut mendengar pernyataan karyawan itu. Kemudian Charles pergi mengunjungi danau, disana Charles memandangi jernihnya air danau itu. Tetapi pikirannya entah pergi kemana-mana. Seseorang menepuk pundaknya dari belakang, ternyata itu Mey. Mey mendekati Charles dan duduk di sampingnya.
“Mey, aku turut berduka cita” Mey mengangguk tapi matanya masih lebam seperti orang menangis semalaman.
“adikku.....”  dan Mey pun akhirnya meneteskan bulir-bulir air matanya, kesedihannya sudah berlarut.
 “ kenapa tuhan harus mengambil nyawa adikku? Kenapa bukan aku saja?”
 “Tuhan mengambil adikmu karena tuhan sayang dia Mey, kamu harus mengiklaskan semuanya.”
“tapi aku tida rela, aku sungguh tak rela jika adikku harus pergi mendahuluiku.”
Charles meraih Mey dan memeluknya erat-erat, tapi sayang Mey kemudian menghindar dan menjauh dari Charles.
“Mey, kamu adalah orang spesial dalam hidupku” Mey tak menggubris dan jeritan tangisnya semakin menjadi-jadi. Ketika Charles berusaha meraihnya kembali dan menggenggam tangan Mey, Mey melepasnya dan kemudian berlari menjauh meninggalkan Charles seorang diri di sana.

Setelah kematian adik Mey, keluarga Mey memutuskan untuk pidah ke Serang tempat kakeknya tinggal.hari ini adalah kepindahan Mey, tetapi Mey sama sekali tidak memberi tahu kepada Charles. Mey pindah mendadak tanpa di ketahui oleh penduduk desa.
Mendengar penuturan dari eyangnya, Charles berlari menuju rumah Mey, tapi tak seorangpun yang dia temukan disana. Charles panik sepanik-paniknya, tapi apa dayalah. Cewek yang dicintainya telah pergi tanpa kabar sedikitpun. Buru-buru Charles merogoh kantongnya dan menelepon Mey, tapi sudah terlambat. Nomer handphone Mey sudah tidak aktif lagi.

Menurut penuturan eyangnya, keluarga Mey pindah karena adik Mey yang merupakan saudara kembarnya sudah meninggal dunia sehingga Mey tidak terima dengan kenyataan dan mengalami gangguan jiwa. Charles baru sadar bahwa cewek yang wajahnya mirip dengan Mey, yang pernah bertemu dengannya dan  tak mengenalinya adalah saudara kembar dari Mey sendiri.kesedihan Mey yang menghantuinya telah menjadi kenyataan pahit. Saudara kembarnya telah naas digerogoti tumor ganas.

Charles melampaui danau dengan perahu dayung, tapi naas. Perahunya bocor di tengah danau dan menenggelamkannya seorang diri disana. 

Charles membuka matanya perlahan-lahan, diruangan yang penuh dengan aroma obat-obatan dan infus yang tergantung diatas ranjangnya. Terlihat mama dan papanya tersenyum manis melihatnya telah siuman.

1 komentar: